MONUMEN
BANDARSYAH DI DESA MASAWOY
KECAMATAN AMBALAU, KABUPATEN BURU SELATAN
(SUATU KAJIAN SEJARAH)
PROPOSAL
PENELITIAN
Diajukan Sebagai Persyaratan Dalam Rangka Penelitian
dan Penulisan Skripsi Pada Prodi Pendidikan Sejarah
FKIP
OLEH
Nama : ABDUL
RAHIM BOOY
Nim : A. 02 0122310
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
(UVRI)
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul :
Monumen Bandarsyah di Desa Masawoy
Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan
(Suatu Kajian Sejarah)
Nama Mahasiswa :
Abdul rahim Booy
Stambuk : A.02.0122310
Jurusan : Pendidikan Sejarah
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jenjang Pendidikan : Strata Satu (S1)
Disetujui
Oleh :
Pembimbing
I Pembimbing II
Mengetahui :
Ketua Jurusan Dekan
Ernawati,
SH, MH Dr.
Darwis Rahman, M.si
KATA PENGANTAR
Puji beserta
syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal
ini. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada sang kota
Ilmu Rasulullah SAW, keluarganya, sahabatnya dan mudah-mudahan sampai kepada
kita pengikutnya yang sangat merindukannya. Amiin Ya Rabbal Alamin.
Proposal
berjudul Monumen Bandarsyah di Desa
Masawoy Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan (Suatu Kajian Sejarah)
ini di ajukan sebagai syarat dalam rangka penelitian dan penulisan skripsi pada
prodi sejarah FKIP. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada seluruh pihak
yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Mudah-mudahan
penelitian ini bermanfaat bagi seluruh pembaca dan khususnya penulis. Tetapi
penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menghasilkan
karya yang jauh lebih baik lagi.
Makassar, 05
Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBARAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................ 3
C. Tujuan
Penelitian......................................................... 3
D. Manfaat
Penelitian....................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian
teori................................................................... 5
B. Hipotesis
...................................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode
Pengumpulan Data........................................... 7
B. Jenis
dan Subjek Penelitian........................................... 8
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Waktu
dan Tempat........................................................ 9
B. Perkiraan
Biaya............................................................. 9
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki keanekaragaman
sejarah, baik lokal maupun nasional. Indonesia juga merupakan negara yang
paling banyak di datangi oleh bangsa asing mulai dari bangsa Arab hingga bangsa
Belanda. Selain berdagang dan menyiarkan agama ada bangsa-bangsa tertentu yang
bermaksud menguasai negeri ini, hal ini terbukti dengan adanya benteng-benteng
pertahanan dan peninggalan lainnya yang banyak di jumpai di berbagai daerah
mulai dari barat hingga timur. Indonesia adalah negara dengan kekayaan alam
terbesar di dunia baik kekayaan bahari maupun safari yang jarang di temukan di
negara-negara lain, hal inilah yang kemudian melatar belakangi bangsa asing
untuk merebutnya dari penduduk pribumi. Bangsa yang pertama kali menjajah
negeri ini adalah bangsa Portugis yang lebih di kenal dengan sebutan Portugal,
begitu bangsa ini masuk ia kemudian secara perlahan menguasai belahan negeri
ini berbagai macam propaganda mereka lakukan demi memenuhi tujuan mereka.
Propinsi Maluku atau yang lebih di kenal dengan sebutan Molucas atau Moluken terletak
antara 1240 dan 1390 Bujur Timur dan antara 30 Lintang
Utara dan 8,200 Lintang Propinsi Maluku merupakan daerah kepulauan
yang terdiri dari kurang lebih 997 pulau kecil dan besar. Dalam abad-abad yang
lampau Maluku terkenal di dunia Internasional sebagai pulau rempah-rempah.(Drs.
John A. Pattikayhatu : 5)
Menurut badan
arkeologi propinsi Maluku tahun 2014, akan di jadikan sebagai provinsi seribu
benteng alasan yang paling mendasar ialah karena begitu banyak benteng
pertahanan peninggalan bangsa asing yang terdapat di Negeri ini. Kekayaan alam
Maluku sangat menakjubkan dan salah satu daerah yang sangat strategi dalam
proses perdagangan sudah barang tentu Malukulah yang menjadi tujuan mereka.
Begitu Portugis masuk pada tahun 1512 di Maluku mereka mulai menguasai Negeri
ini seutuhnya baik dari sistem pertahannya maupun perdagangannya.
Pulau Buru
adalah salah satu pulau yang
terdapat di propinsi Maluku di pulau ini sendiri terdapat dua kabupaten yaitu
Kabupaten Buru yang kota kabupatennya terdapat di kecamatan Namlea dan
kabupaten Buru Selatan yang kota kabupatennya bertempat di kecamatan Namrole.
Pulau Buru merupakan pulau terbesar kedua di Maluku dan memiliki kekayaan yang
begitu melimpah, sudah barang tentu pulau ini tak luput dari incaran bangsa
Portugis. Kabupaten Buru Selatan merupakan daerah yang posisinya sangat
strategis dalam hal pelayaran karena berbatasan langsung dengan pulau Sulawesi
dan juga merupakan tempat keluar masuknya pedagang dari Philipina, Autralia,
NTT, Sulawesi dan Pulau Jawa.
Kabupaten Buru Selatam terdiri dari enam kecamatan
satu diantaranya yaitu Kecamatan Ambalau, kecamatan ini pulaunya terlepas
sendiri dari Pulau Buru. Keistimewaan pulau ini ialah karena secara langsung
berada pada gari pelayaran dunia, Sebalah Utara Pulau Ambalau berbatasan dengan
Selat Manipa, di sebalah Selatan berbatasan dengan laut Arafura/Banda, sebelah
Timur berbatasan dengan Pulau Ambon dan sebelah barat berbatasan langsung
dengan Kecamatan Waisama dan Namrole. Tentu saja pulau ini menjadi tempat
penyinggahan bangsa Portugis.
Desa Masawoy adalah satu di antara tujuh Desa yang
terdapat di Kecamatan Ambalu, desa ini berdekatan dengan Desa Ulima dan
berhadapan langsung dengan Selat Manipa, memiliki laut yang sangat teduh dan
teluk yang sangat bagus untuk tempat berlabunya kapal-kapal pembawa barang
dagangan. Di desa inilah Portugis membangun sebuah monumen yang di beri nama
Monumen Bandarsyah.
Alasan saya memilih judul ini ialah yang pertama,
belum ada penelitian sebelumnya mengenai Monumen Bandarsyah ini sendiri. Yang
kedua yaitu berusaha menyelidiki dan mencaritau misteri di balik Monumen
Bandarsyah yang konon katanya Monumen ini merupakan pusat kota.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi
permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses berdirinya Monumen Bandarsyah?
2. Mengapa Monumen Bandarsyah di bangun di Desa
Masawoy?
3. Dampak pembangunan Monumen Bandarsyah
di Desa Masawoy?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mangetahui proses berdirinya Monumen
Bandarsyah.
2. Untuk menjelaskan alasan Monumen
Bandarsyah di bangun di Desa Masawoy.
3. Untuk mengetahui dampak pembangunan
Monumen Bandarsyah di Desa Masawoy.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil
penelitian di harapkan dapat memberikan kegunaannya sebagai berikut
:
Ø
Secara Teoritis, berguna untuk memberikan pemahaman
dan menambah wawasan bagi ilmu pengetahuan menyangkut latar belakang di
dirikannya Monumen Bandarsyah di Desa Masawoy Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru
Selatan Propinsi Maluku.
Ø
Secara Praktis, berguna untuk memberikan sumbangan
pemikiran kepada pemerintah Indonesia dan lebih khususnya lagi kepada
pemerintah Propinsi Maluku guna memahami
betapa pentingnya monumen Bandarsyah ini dalam sejarah indonesia.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan Pustaka
Monumen
adalah suatu peringatan atau suatu memorial yang biasa berbentuk bangunan,
menara, tugu, patung dan sebagainya yang didirikan guna memperingati suatu
kejadian besar yang penting dalam seejarah atau “menghidupkan” serta memelihara
peringatan kepada perorangan yang telah meninggal. Dalam kamu besar bahasa
indonesia (KBBI) Monumen adalah bangunan atau tempat yang mempunyai nilai
sejarah yang sangat penting dan di pelihara atau di lindungi negara.
Desa Masawoy
merupakan salah satu desa, dari tujuh desa yang ada di Kecamatan Ambalau,
sebelah selatan berbatasan dengan desa Wailua, sebelah timur berbatasan dengan
desa Lumoy, sebelah barat berbatasan dengan Desa Ulima yang merupakan pusat
perhubungan Kecamatan Ambalau dan di sebelah Utara berhadapan dengan Selat
Manipa, di Desa inilah Monumen Bandarsyah terletak. Penduduk yang ada di Desa
Masawoy rata-rata beragama Islam dan rata-rata merupakan masyarakat pesisir,
yang hidup dengan cara bercocok tanam sama seperti masyarakat di desa-desa
lainnya.
Desa
Masawoy memiliki sistem pemerintahan yang boleh di katakan sistem pemerintahan
Kerajaan karena yang harus menjadi kepala Desa ialah orang dari Marga atau Fam
tertentu. Dulunya sistem pemelihan kepala desa di lakukan secara adat, yang wajib
memilih kepala desa yaitu para tokoh-tokoh adat saja, tetapi sekarang
masyarakat setempat suda memakai sistem demokrasi. Namun para calon tetap dari
marga atau fam yang telah ada sejak dulu.
Monumen
bandarsyah adalah Monumen yang di bangun oleh Portugis/portugal di Desa Masawoy
Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan Propinsi Maluku, monumen ini berada di
pantai desa masawoy tingginya kira-kira 450 Cm/ 4 meter lebih, monumen ini
berbentuk persegi panjang dan memiliki 4
(empat) sisi yang masing-masing sisi ukurannya kurang lebih 100 Cm/ 1 Meter di
ujung atasnya berbentuk kerucut modelnya seperti atap/kap rumah yang banyak
terdapat di Propinsi Maluku, di samping monumen/tugu ini terdapat kuburan yang
menurut masyarakat setempat itu merupakan kuburan bangsa Cina.
Monumen
dan kuburan ini berada diatas satu bukit kecil, masyarakat setempat sering
menyebutnya dengan sebutan Pohon Kota dulunya monumen ini tidak memiliki pagar
dan pada tahun 2008 Pemerintah Desa setempat membuat pagar keliling guna
melindungi monumen ini. monumen ini sebagian besar hanya di ketahui oleh
masyarakat setempat, kalau di kalangan khalayak banyak monumen ini belum
terlalu terkenal tidak sama dengan peninggalan-peninggalan lainnya yang ada di
propinsi maluku.
Masyarakat
setempat belum mengetahui kapan didirikannya, alasan apa yang paling mendasasri
sehingga di bangun di sini dan mengapa sampai ada kuburan di sampingnya hal
inilah yang kemudian menjadi titik dasar proses penelitian ini.
B. Kerangka Pikir
Monumen
Bandarsyah di Desa Masawoy, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan (Suatu
Kajian Sejarah). Monumen Bandarsyah merupakan suatu peninggalan bangsa Portugis
yang mengisahkan keberadaan bangsa Portugis di daerah ini. Sebelumnya belum ada
penelitian mengenai Monumen ini sehingga masih menjadi misteri yang belum
terpecahkan mengenai kapan berdirinya, hubungan antara Monumen Bandarsyah
dengan daerah tertentu dan dampak yang di hasilkan dari pembangunan Monumen
Bandarsyah ini baik dampak positif maupun negatif.
C. Hipotesis
Berdasarkan
tinjauan pustaka dan kerangka pikir di atas maka di rumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut: “dengan menyelidiki Monumen Bandarsyah, maka
masyarakat dapat mengetahui hal-hal apa saja mengenai Monumen ini”.
BAB
III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian yang
berjudul “Monumen Bandarsyah di Desa Masawoy, Kecamatan Ambalau, Kabupaten
Buru Selatan (Suatu Kajian Sejarah)” dilakukan di daerah Kabupaten Buru
Selatan Kecamatan Ambalau.
B. Jenis
Penelitian
Penelitian
mengenai “Monumen Bandarsyah”, merupakan suatu penelitian historis
karena penelitian ini diarahkan untuk meneliti, mengungkapakan dan menjelaskan
peristiwa masa lampau sehingga jelas diarahkan kepada metode sejarah yang
bersifat kualitatif. Tujuan dari penilitian historis ini yaitu menemukan dan
mendeskripsikan secara analisis serta menafsirkan tentang Monumen Bandarsyah.
Selain itu penelitian yang penulis lakukan terkait dengan Monumen Bandarsyah
termasuk dalam penelitian sejarah lokal yang bersifat sosial politik
karena dalam penelitian kan dibahas terkait dengan kepemimpianan yang sifatnya
politik dan dalam penelitian ini pula akan dibahas mengenai suatu hubungan yang
terjalin antara raja dengan rakyat kemudian hubungan sastra kebangsawanan yang
bersifat sosial.
Penulisan peristiwa
masa lampau dalam bentuk peristiwa atau kisah sejarah yang dapat di
pertanggungjawabkan secara ilmiah, harus melalui prosedur kerja sejarah. Pengisahan
masa lampau keterangan yang otentik yang berhubungan dengan tema permasalahan,
dalam ilmu sejarah tidak dapat dikerjakan tanpa ada sumber yang menyangkut masa
lampau tersebut, sumber yang dimaksud adalah serupa data yang melalui proses
analisis menjadi sebuah fakta atau dikenal sumber-sumber itu baik tertulis
maupun tidak tertulis yang meliputi legenda, folklore, prasasti, monument,
alat-alat sejarah, perkakas rumah tangga, dokumen, surat kabar dan surat-surat.
Disinilah penulisan peristiwa sejarah memasuki lapangan teknis yaitu : metode
sejarah : “ bagaiman menggarap atau mengelola sumber sejarah” (kartodirdjo,
1992:28). Sumber yang disebabkan meliputi sumber primer dan sumber sekunder.
Oleh karena
penelitian ini adalah penelitian sejarah, maka dalam penelitian ini menggunakan
metode historis, yaitu suatu metode penelitian yang khusus digunakan dalam
penelitian sejarah dengan melalui tahapan tertentu. Penerapan metode historis
ini menempuh tahapan-tahapan kerja, sebagaimana yang dikemukakan oleh
Notosusanto (1971:17) sebagai berikut:
- Heuristik, jakni menghimpun jejak-jejak masa lampau.
- Kritik (sejarah), jakni menjelediki apakah jejak itu sejati baik bentuk maupun isinya.
- Interpretasi, yakni menetapkan makna dan saling berhubungan dari fakta yang diperoleh sejarah itu.
- Penyajian, jakni menjampaikan sintesa jang diperoleh dalam bentuk sebuah kisah.
Sesuai dengan
metode historis di atas, maka langkah proses dalam penelitian dan penulisan
Proposal ini adalah sebagai berikut:
- Heuristik (Menemukan). Tahapan pertama yaitu mencari dan mengumpulkan sumber yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas dalam proposal ini, yakni “Monumen Bandarsyah di Desa Masawoy Kecamatan Ambalau, Kabupaten Buru Selatan (suatu Kajian Sejarah)”. Mengumpulkan sumber yang diperlukan dalam penulisan ini merupakan pekerjaan pokok yang dapat dikatakan gampang-gampang susah, sehingga diperlukan kesabaran dari penulis. Menurut Notosusanto (1971:18) heuristic berasal dari bahasa Yunani Heuriskein artinya sama dengan to find yang baerati tidak hanya menemukan, tetapi mencari dahulu. Pada tahap ini, kegiatan diarahkan pada penjajakan, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber yang akan diteliti, baik yang terdapat dilokasi penelitian, temuan benda maupun sumber lisan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini yakni: Penelitian Lapangan: Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan secara langsung ke lapangan untuk meneliti serta mencari data-data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, agar dapat dibahas berdasarkan informasi atau bukti data-data yang ditemukan. Ada 2 teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data-data dan informasi penelitian lapangan, yaitu: Pengamatan (observasi) adalah suatu teknik yang dilakukan penulis untuk mengamati secara langsung objek yang berkaitan dengan Monumen Bandarsyah dan hasil-hasil peninggalan Portugis. Tradisi lisan, adalah suatu tehnik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan mencermati penuturan-penuturan informasi yang sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan keterangan terhadap masalah yang akan diteliti untuk mewujudkan fakta-fakta dalam rangka penyusunan sejarah lokal tersebut (Widja, 1991:61), misalnya dengan mengadakan wawancara langsung dengan orang-orang yang mengetahui tentang hal-hal yang berkenaan dengan Monumen Bandarsyah.
- Kritik Sumber. Pada tahap ini, sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik yang berupa; buku-buku yang relevan dengan pembahasan tentang Monumen Bandarsyah, maupun hasil temuan dilapangan tentang bukti-bukti dilapangan tentang kekuasaan Portugis pada masa lalu. Setelah bukti itu atau data itu ditemukan maka dilakukan penyaringan atau penyeleksian dengan mengacu pada prosedur yang ada, yakni sumber yang faktual dan orisinalnya terjamin. Tahapan kritik ini tentu saja memiliki tujuan tertentu dalam pelaksanaannya. Salah satu tujuan yang dapat diperoleh dalam tahapan kritik ini adalah otentitas (authenticity). Menurut Lucey (1984:47) dalam Sjamsuddin (2007:134) dikatakan bahwa: Sebuah sumber sejarah (catatan harian, surat, buku) adalah otentik atau asli jika itu benar-benar produk dari orang yang dianggap sebagai pemiliknya (atau dari periode yang dipercayai sebagai masanya jika tidak mungkin menandai pengarangnya) atau jika itu yang dimaksudkan oleh pengarangnya. Kritik sebagai tahapan yang juga sangat penting terbagi dua, yakni intern dan ekstern. Notosusanto (1971:20) menegaskan hal ini: Setiap sumber mempunyai aspek intern dan aspek ekstern. Aspek eksternnya bersangkutan dengan apakah sumber itu memang sumber, artinya sumber sejati yang dibutuhkan. Aspek internnya bertalian dengan persoalan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang kita butuhkan. Karena itu, penulisan sumber-sumber sejarah mempunyai dua segi ekstern dan intern. Kritik ekstern atau kritik luar dilakukan untuk meneliti keaslian sumber, apakah sumber tersebut valid, asli atau bukan tiruan. Sumber tersebut utuh, dalam arti belum berubah, baik bentuk maupun isinya. Dalam penelitian ini, sumber yang digunakan adalah sumber yang berkaitan dengan Monumen Bandarsyah. Kritik ekstern hanya daapat dilakukan pada sumber yang menjadi bahan rujukan penulis. Disamping itu penulisan ini juga didasarkan pada latar belakang pengarang dan waktu penulisan. Kritik intern atau kritik dalam, dilakukan untuk menyelidiki sumber yang berkaitan dengan sumber masalah penelitian dan penulisan skripsi ini. Tahapan ini menjadi ukuran sejau mana objektifitas penulis dalam mengelaborasi segenap data atau sumber yang telah diperolehnya, dan tentunya mengedepankan prioritas. Setelah menetapkan sebau teks autentik,serta referensi pengarang, maka penulis akan menetapkan apakah keaslian itu kredibel dan sejauh mana hal tersebut mempengaruhi objek kajian. Pada tahap ini pula kita dapat keabsahan suatu sumber yang kemudian akan dikomparasikan sumber satu dengan sumber yang lainnya, tentunya dengan masalah yang sama.
- Interpretasi. Setelah melalui tahapan kritik sumber, kemudian dilakukan interpretasi atau penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dari arsip, buku-buku yang relevan dengan kejadian dan peninggalan pada masa lampau, maupun hasil penelitian langsung dilapangan, diataranya tentang temuan arkeologis dan peninggalan-peniggalan Portugis. Tahapan ini menuntut kehati-hatian dan integritas penulis untuk menghindari interpretasi yang subjektif terhadap fakta yang satu dengan fakta yang lainnya, agar ditemukan kesimpulan atau gambaran sejarah yang ilmiah.
- Historiografi. Historiografi atau penulisan sejarah merupakan tahapan akhir dariseluruh rangkaian dari metode historis. Tahapan heuristik, kritik sumber,serta interpretasi, kemudian dielaborasi sehingga menghasilkan sebuah historiografi. Menurut Abdullah dkk (1985:15) historiografi dijelaskan sebagai berikut: Penulisan sejarah merupakan puncak dari segalanya, sebab apa yang dituliskan itulah sejarah yang historice recite, sejarah bagaimana yang dikisahkan. Yang mencoba mengungkap dan memahami historice realite, sejarah sebagaimana yang terjadi dan hasil penulisan inilah yang disebut dengan historiografi. Sejarawan pada fase ini mencoba menagkap dan memahami realita sejarah. Dalam konteks ini, sejarawan tidak hanya menjawab pertanyaan “apa”, “siapa”, “kapan” dan “bagimana”, tetapi melakukan eksplanasi secara kritis tentang “bagaimana” dan “mengapa” (Madjid, 2008:59). Pada tahap ini, faka-fakta yang telah dirumuskan atau diinterpretasikan itu selanjutnya dirangkaikan untuk mengungkapkan kisah sejarah yang menjadi topik dalam penulisan skripsi ini secara kronologis dan menjelaskan maknanya. Adapun tujuan dari penulisan yang telah dilakukan yaitu menciftakan kembali totalitas daripada fakta sejarah dengan sesuatu cara yang tidak memperkosa masa lampau yang sesungguhnya.
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.
Waktu
Penelitian ini
di laksanakan kurang lebih selama 3 bulan, mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan
Agustus 2015.
B.
Perkiraan Biaya
Adapun
biaya yang digunakan dalam penulisan ini, sebagai berikut:
1. Persiapan Rp. 50.000,-
2. Pembuatan proposal Rp. 100.000,-
3. Seminar proposal Rp. 200.000,-
4. Penelitian lapangan Rp. 1500.000,-
5. Pengolahan data Rp. 100.000,-
6. Seminar hasil Rp. -
7. Ujian
skripsi Rp. -
Jumlah Rp 1.950.000,-
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
N. Daldjoeni 1982 Goegrafi Kesejarahaan I Peradaban Dunia Penerbit Alumni 1982 Bandung Kotak Pos 272
Drs.
John A. Pattikayhatu Sejarah kebudayaan
maluku.
Abd
Hamid dan Muhammad Saleh Majid Pengantar
Ilmu Sejarah.
Posted by :
Ega Kusuma Sabtu, 06 Juli 2013