Kamis, 02 Juni 2016

kafer fat



PERAN GURU MATEMATIKA TERHADAP PRKEMBANGAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER DI SMA NEGERI TOMPOBULU KECAMATAN TOMPOBULU, KABUPATEN MAROS




Proposal Penelitian
DiajukanSebagaiSebagaiPersyaratanDalamRangkaPenelitian Dan PenulisanSkripsiPada Program StudiPendidikanMatematika
Oleh
Nama  : FatmasariSarkol
Nim     : A. 041224058


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KARYA DHARMA MAKASSAR
 (UKDM)
2016



HALAMAN PENGESAHAN

Judul                             : Peran Guru MatematikaTerhadapPerkembanganPendidikan Yang Berkarakter Di SMA NegeriTompobulu, KecamatanTompobulu, KabupatenMaros.
Nama                           : FatmasariSarkol
Nim                             : A. 041224058
Jurusan                        : PendidikanMatematika
Fakultas                       : KeguruandanIlmuPendidika (FKIP)
JenjangPendidikan      : Strata Satu (S1)

DisetujuiOleh :
Pembimbing I                                                                                                Pembimbing II


Suriani Abbas, S.pd.,M.pd                                                               Rahmawaty, S.pd., M.pd



Mengetahui;
KetuaJurusan                                                                                                Dekan


Sahabudin, S.pd.,M.pd                                                                     Drs. Amirullah., SH., MH
                                                                                                            NIDN.09.1004.5601                                                  

KATA PENGANTAR
Pujisyukur kami panjatkankehadirat Allah swt yang telahmemberikanRahmatsertaKarunia-nya.Solawatsertasalamtidaklupadilimpahkankepadabagindanabimuhamad saw. Sehingga kami berhasilmenyelesaikanjurnalini yang alhamdulillahtepatpadawaktunya yang berjudulaplikasi “PERANAN GURU DALAM APLIKASI PENDIDIKAN BERKARAKTER DI TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.”
Dalamrangakameningkatkanpendidikanberkarakter di indonesia. jurnalini di susunsebagaisyaratmemenuhisalahsatutugasmatakuliahManajemenInovasiPendidikan. Menyadaribahwamakalahinimasihjauhdarisempurna, olehkarenaitukritikdan saran darisemuapihak yang bersifatmembangunselalu kami harapkan demi kesempurnaanmakalahini.
Akhir kata, sayasampaikanterimakasihkepadasemuapihak yang telahberperansertadalampenyusunanmakalahinidariawalsampaiakhir.Semoga Allah swtsenantiasaMeridhaisegalausahakita.Amin.

Ciamis, 7 Maret 2012


Penyusun


DAFTAR ISI
HalamanJudul ........................................................................... i
HalamanPengesahan ....................................................................ii
Kata Pengantar ……………………………………………………………... ii
Daftarisi ………………………………………………………………….…. iv
BAB I PENDAHULUAN
A.  LatarBelakang…….…………………..………………………..…1
B.  RumusanMasalah ……………………….………….………...…. 4
C.  TujuanPenelitian ……………………………….…….…………. 4
D.  ManfaatPenelitian…………...……………………..………… 5
1.          Praktis …………………………………………………..… 5
2.          Teoritis………………………………………………..…... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A.  DefinisiPendidikanKarakter …………………………………. 6
B.  HasilPenelitian Yang Relevan ………………………………… 7
C.  Hipotesis ………………………………………………………. 9
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A.  MetodePenelitian ……………………………………………. 10
B.  VariabelPenelitian …………………………………………... 10
C.  Tenikpengumpulan data ……………………………………. 11
BAB IV PENUTUP
A.  Kesimpulan ……………………………………………………………. 19
B.  Saran ............................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA

fatmasari booy proposal penelitian "peran guru matematika terhadap perkembangan pendidikan berkarakter



BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan sesuatu yang lazim kita dengar dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan yang bermutu adalah sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga bermutu, beretika, bermoral, sopan, santun dapat berinteraksi dengan masyarakat, dan bersaing dalam dunia kerja. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.                               
Pendidikan karakter merupakan salah satu bentuk perwujudan hasil sarasehan nasional yang diselenggarakan oleh Kemendiknas pada tanggal 14 Januari 2010 tentang "Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa" sebagai gerakan nasional. Gerakan nasional ini didasarkan pada beberapa hal yang menyebabkan memudarnya sikap kebhinekaan dan kegotongroyongan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sebagai bentuk degradasi moral. Pengikisan dalam degradasi moral yang dimaksud adalah seperti Perilaku anarkhisme dan ketidakjujuran marak di kalangan siswa, misalnya tawuran, menyontek, seks bebas, bahkan penyalahgunaan narkoba. Kepedulian terhadap pendidikan karakter telah dirumuskan pada fungsi dan tujuan pendidikan sebagai pembangunan berkelanjutan pada faktor pendidikan bangsa ini. Hal ini tersirat dalam bunyi Pasal 3 Undang-Undang (selanjutnya disebut UU) Nomor (Selanjutnya disebut No.) 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Ketentuan undang-undang tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan nasional mendorong terwujudnya generasi penerus bangsa yang memiliki karakter religius, berakhlak mulia, cendekia, mandiri, dan demokratis. Seiring dengan keadaan yang ada, lembaga pendidikan sebagai lembaga akademik dengan tugas utamanya menyelenggarakan pendidikan dan mengembangkan ilmu,pengetahuan, teknologi, dan seni. Dimana dalam hal ini tujuan penyelenggaraan pendidikan, sejatinya tidak hanya mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter. Oleh sebab itu, berbagai program dirancang dan diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, terutama dalam rangka pembinaan karakter. Secara akademis, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, atau pendidikan akhlak yang tujuannya mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik , dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Karena itu, “muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behavior” (Lickona, 1991 : 21). Secara praktis, pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai kebaikan kepada siswa di lingkungan sekolah dengan meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik dalam berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa (YME), sesama manusia, lingkungan, maupun nusa dan bangsa. Pendidikan karakter dapat menjadi salah satu obat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit sosial karena pendidikan karakter yang diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan dapat dijadikan sebagai sarana pembudayaan dan pemanusiaan. Berdasarkan hal tersebut, maka pendidikan karakter perlu diberlakukan untuk di negeri ini, salah satu caranya yaitu dengan mengoptimalkan peran sekolah. Pihak sekolah bekerja sama dengan keluarga, masyarakat, dan elemen bangsa yang lain demi mensukseskan agenda besar menanamkan karakter kepada peserta didik sebagai calon penerus bangsa di masa yang akan datang. Penanaman pendidikan karakter didalam kurikulum sekolah merupakan amanat kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional dimana dalam hal ini adalah “pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam kurikulum, mulai dari jenjang prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal, hingga perguruan tinggi”.(www.antaranews.com, diakses tanggal 15/5/2010)
Salah satu kriteria paling objektif mengenai keberhasilan penerapan pendidikan karakter adalah prestasi akademis para siswa. Pendidikan karakter yang diterapkan dalam lingkungan pendidikan akan memiliki dampak langsung pada prestasi belajar. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam penelitian Problem Posing Tipe Pre Solution Posing dimana penelitian ini didasarkan pada siswa membuat pertanyaan dan jawaban berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. Jadi, yang diketahui pada soal itu dibuat guru, sedangkan siswa membuat pertanyaan dan jawabannya sendiri. Pada penelitian Problem Posing Tipe Pre Solution Posing berbasis pendidikan karakter yang dilakukan secara berkelompok pada mata pelajaran matematikan yang dilakukan dalam dua tahap menunjukkan bahwa hasil belajar siklus I ini yang diperoleh mengalami peningkatan pada siklus II (Setyawati dan Handayanto, Jurnal, TTH : 7).
            Dimana pada siklus I dari 31 peserta yang ada terdapat 7 peserta yang nilainya belum tuntas atau masih di bawah 55, dan 24 peserta yang nilainya tuntas dengan ketuntasan belajar klasikal 77,42 %. Namun hasil nilai tes formatif 1 peserta pada siklus I ini masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata hasil belajar peserta adalah minimal 5,5 dengan ketuntasan belajar 85%. Sedangkan hasil belajar peserta pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan hasil belajar pada siklus I, hal ini dapat dilihat dari hasil nilai tes. Dimana dari 31 peserta yang ada hanya terdapat 2 mahasiswa yang nilainya belum tuntas atau masih di bawah KKM, dan ada 29 peserta yang nilainya telah tuntas atau di atas KKM yang telah ditetapkan oleh sekolahan. Ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh mampu mencapai 93,55% . Hasil nilai tes formatif peserta pada siklus II ini telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu rata-rata hasil belajar peserta adalah minimal 5,5 dengan ketuntasan belajar 85%. Dari hasil pengamatan pada siklus II ini telah menunjukkan bahwa peserta sudah dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai dengan tahapan-tahapan yang ada dalam model pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing Secara Berkelompok. Suasana kelas lebih tertib, terkendali, dan kondusif. Kegiatan dalam kelompok sudah dapat berlangsung dengan baik. Dari hasil pengamatan menunjukkan nilai-nilai karakter bangasa antara lain sikap-sikap kerjasama yang baik, peduli antara anggota kelompok, dan sudah lebih percaya diri tampil di depan terjadi pada siklus II (Setyawati dan Handayanto, Jurnal, TTH : 7 ) 5 Data di atas setidaknya memberi gambaran bahwa guru sangat berperan dalam mengkomunikasikan soft skills di sekolah.
Melihat hasil-hasil pendidikan karakter yang positif tersebut maka diperlukan pengintegrasian pendidikan karakter dalam setiap mata pelajaran termasuk pada pelajaran matematika. Pembelajaran matematika sangat menarik untuk dihubungkan dengan pendidikan karakter karena matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Untuk membekali peserta didik menjadi seorang penguasa teknologi yang mampu memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tidaklah cukup hanya dengan membekali penguasaan kognitif saja, namun diperlukan pembentukan karakter peserta didik. Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika menyatakan bahwa pembelajaran matematika SMA bertujuan agar para siswa SMA:
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika
3.Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah
5.Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
            Karakteristik mata pelajaran matematika antara lain adalah menuntut kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan inovatif serta menekankan pada penguasaan konsep dan algoritma disamping pemecahan masalah. Menurut Soedjadi “nilai-nilai yang terkandung dalam matematika meliputi kesepakatan, kebebasan, konsisten dan kesemestaan” (Suyitno, 2011:23). Karakteristik mata pelajaran matematika dan nilai-nilai yang terkandung dalam matematika tersebut dapat ditumbuhkan pada proses pembelajaran dengan pemilihan metode dan materi yang tepat. “Ciri umum matematika yaitu: (1) Objek matematika adalah abstrak; (2) Matematika menggunakan simbul-simbul yang kosong dari arti; (3) Berpikir matematika dilandasi aksioma; dan (4) Cara menalarnya adalah deduktif” (Hudojo dalam Juhartutik, 2012: 18).
Selama ini, guru belum banyak menumbuhkan pendidikan karakter kepada siswa, sehingga banyak siswa yang belum menyadari karakter yang seharusnya terbentuk, mereka lebih suka mencontek atau bertanya kepada siswa lain sewaktu mengerjakan soal, takut bertanya kepada guru jika belum paham tentang materiyang diajarkan, menyepelekan tugas atau pekerjaan rumah dan banyak siswa yang berbicara dengan teman-temannya selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, pendidikan karakter khususnya sikap percaya diri, kejujuran serta tanggung jawab sangat penting dalam pembelajaran Matematika, sehingga dalam proses pembelajaran rasa percaya diri, disiplin serta tanggung jawab diharapkan dapat muncul dan dimiliki oleh setiap siswa. Permasalahan yang ada dalam pendidikan saat ini yaitu lebih mengutamakannya pada aspek kognitif dari pada afektif dan psikomotorik.
Dari beberapa kasus pelaksanaan Ujian Nasional pun lebih mementingkan aspek intelektualnya daripada aspek kejujurannya, tingkat kejujuran Ujian Nasional itu hanyalah 20%, karena masih banyak peserta didik yang menyontek dalam pelbagai cara dalam mengerjakan Ujian Nasional itu. Saat ini belum banyak sekolah yang memberikan pendidikan secara instens untuk moralitas” (Dumiyati, Jurnal, 2011 : 98).
Atas dasar amanat pendidikan dan tujuan pendidikan nasional, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang studi kasus “PERAN GURU MATEMATIKA TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SMA NEGERI TOMPOBULU”. SMA tersebut merupakan salah satu sekolah Negeri di Kabupaten Maros, Kecamatan Tompobulu yang sudah melaksanakan pendidikan karakter atau membangun karakter sekitar tiga tahun ini, seperti membangun budaya sekolah itu sendiri bahkan dalam sebagian mata pelajaran. Sudah lama ini sekolah tersebut menerapkan pendidikan karakter bahkan bukan hanya pada pembelajarannya tetapi juga budaya sekolah seperti berdoa sebelum pelajaran dan lain sebagainya.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka kami merumuskan masalah dalam penelitian ini yang dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud pendidikan berkarakter......?
2.    Apa tujuan diadakanya pendidikan berjarakter.....?
3.  Bagaimana penerapan pendidikan berkarakter dalam pembangunan jati diri bangsa.......?

C.  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.   Untuk mengetahui Apa yang dimaksud pendidikan berkarakter.....!
2.   Untuk mengetahui Apa tujuan diadakanya pendidikan berjarakter....!
3. Untuk mengetahui Bagaimana penerapan pendidikan berkarakter dalam pembangunan jati diri bangsa......!

D.  Manfaat penelitian
      Hasil  dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara Teoritis ataupun Praktis:
1.  Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bahan bacaan intuk peneliti selanjutnya terutama yang mengambil tema yang sama dengan penelitian ini.
2. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk untuk mengembangkan ilmu pengetahuan mengenai sistem pendidikan berkarakter yang saat ini sedang di terapkan di Indonesia.


           


           






BAB II
LANDASAN TEORI
A.  Definisi pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan proses internalisasi Budaya kedalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang atau masyarakat menjadi beradab. Pendidikan bukan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapai sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai sehingga terciptanya karakter.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris “character” dan Indonesia “karakter”, Yunani “character” (dari charassein) yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus, karakter diartikan tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Selanjutnya, karakter mengandung tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good) dan melakukan kebaikan (doing the good)). pendidikan karakter yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik” tetapi juga “merasakan dengan baik” atau loving good (moral feeling), dan “perilaku yang baik”. Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat.
            Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan, rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekolah. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi; nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen sekolah merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di sekolah.
Tujuan dasar pendidikan karakter :
Pertama, Manusia Indonesia harus bermoral, berahlak, dan berperilaku baik. Oleh karena itu masyarakat dihimbau menjadi masyarakat religius yang anti kekerasan.
Kedua, Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan rasional, Berpengetahuan dan memiliki daya nalar tinggi.
Ketiga,       Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inovatif dan mengejar kemajuan serta bekerja keras mengubah keadaan. "Negara tak akan berubah kalau kita tak mengubahnya,"
Keempat,    Memperkuat semangat harus bisa. Seberat apapun masalah yang dihadapi jawabannya selalu ada.
Kelima,       Manusia Indonesia harus menjadi patriot sejati yang mencintai bangsa dan negara serta tanah airnya.
Pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini akan berdampak positif pada tahun-tahun mendatang, dengan muncul dan lahirnya manusia Indonesia yang unggul. Dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Pembangunan karakter merupakan kebutuhan asasi dalam proses berbangsa dan bernegara.  Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Menyadari kondisi karakter masyarakat saat ini, pemerintah mengambil inisatif untuk mengarusutamakan pembangunan karakter bangsa. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Sasaran pendidikan karakter adalah Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Pendidikan karakter merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran dan suasana belajar untuk  mengembangakan potensi diri peserta didik secara aktif untuk memiliki kepribadian, budi pekerti, dan ahlak mulia sehingga karakter ini terbentuk dan menjadi ciri khas peserta didik. (Sumantri. 2010: 38)
Pendidikan Karakter adalah pendidikan budi pekerti, yaitu melibatkan aspek pangetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.

B.  Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam bagian  ini dijelaskan pengertian konsep-konsep dan istilah yang dapat membantu mengarahkan penulis dalam mengkaji pokok permasalahan utama dalam penelitian. Istilah dan konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji yaitu: “PERAN GURU MATEMATIKA TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SMA NEGERI TOMPOBULU”Penulis menggunakan beberapa sumber yang kiranya relevan dengan Permasalahan yang dibahas dalam proses penelitian ini. Hasil penelitian yang terdahulu yang terdapat kesamaan dengan penelitian ini di antarnya adalah karya:

1.    Sumantri, (Endang, 2010). Pendidikan karakter harapan handal bagi masa depan pendidikan bangsa. Pribumi Mekar. Bandung. Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya (perasaannya).
2. Sumantri Endang & Sofyan Sauri, 2006. Konsep dasar pendidikan nilai. Pribumi mekar. Bandung. Pendikan nilai adalah sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadari dan mendalami nilai-nilai serta menempatkan secara integral dalam kseluruhan hidupnya.
3.    Doni Koesoema A. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo. cetakan ke-2.  Buku utama bagi pengembangan visi guru sebagai pelaku perubahan dan pendidik karakter. Jika guru adalah pelaku perubahan, perubahan itu harus tampil pertama-tama dalam diri guru. Buku ini menawarkan pemikiran dan strategi utama bagi para guru agar mampu menjadi pelaku perubahan dan pendidik karakter yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kita dewasa ini. Buku ini layak dibaca oleh guru, pendidik, pemimpin sekolah, pejabat diknas, dan orang tua yang menginginkan kerja sama sinergis sekolah dalam pembentukan karakter siswa.
4.  Kemendiknas. 2010. Pendidikan karakter di sekolah menegah pertama. Jakarta. Kemendiknas. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan  harus berkarakter.
5.  Kemendiknas. 2010. Model pembinaan pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Jakarta.  Kemendiknas. Pembinaan  karakter bangsa dalam membangaun prilaku dan etika merupakan pembinaan yang baik, dan merupakan suatu pembinaan dassr yang utama bagi seluruh mahluk dalam kehidupan bermasyarakat. Pembinaan tersebut bertujuan untuk melatih perbutan, ucapan, dan pikiran. Agar selalu berbuat kebaikan dan mencegah kesalahan yang dapat menyebabkan penderitaan.

C.  Hipotesis
1.         Adanya hubungan antara aplikasi pendidikan karakter dengan peningkatan mutu pendidikan di tingkat sekolah menengah pertama.
2.                     Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.








BAB III
PROSEDUR PENELITIAN

A.   Metode Penelitian
Metode adalah suatu teknik atau cara kerja dalam menyampaikan materi guna mencapai tujuan. Metode adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis data-data dan sumber informasi. Sementara yang di maksud dengan Penelitian adalah Penyelidikan yang seksama dan teliti terhadap suatu  subjek  atau  fakta-fakta pendidikan dilapangan guna menghasilkan produk baru, memecahkan suatu masalah, atau untuk menyokong  dan menolak suatu teori. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97).
Lebih khusus lagi Metode penelitian pendidikan adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber data secara efektif, menilainya secar kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil yang di capai dalam bentuk tulisan. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97).
Dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berujud bilangan (skor atau nlai, peringkat atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain (Creswell, 2002). Sedangkan penelitian kualatitafif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode (Denzin dan Lincoln, 1994).
Berdasarkan defenisi diatas maka metode penelitian yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1.             Metode Cross-sectional yaitu: metode penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data pada satu titik waktu dari sampel yang terdiri dari satu atau lebih kelompok yang dibandingkan variabelnya, dalam waktu yang relatif singkat dan dapat mengumpulkan data yang banyak.
2.             Metode Penelitian Deskriptif ialah: penelitian yang bertujuan menguji dan melaporkan segala sesuatu secara apa adanya dalam upaya memahami dan menjelaskannya.
3.             Metode Penelitian Komparatif ialah: suatu pendekatan penelitian dimana peneliti bertujuan mencari hubungan langsung diantara variabel-variabel yang dibandingkan satu sama lain.

B.  Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian. (Suharsimi Arikunto 1998 : 97). Dalam variabel penelitian ada yang di sebut dengan variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang memepengaruhi sedangkan variabel terikat adalah variabel akibat.(Suharsimi Arikunto 1998 : 97). Penelitian dilakukan tehadap dua variable yaitu :
1. Variable bebas yaitu yang direkayasa oleh peneliti yang berimbas pada variable terikat. Variable bebas dalam karya ilmiah ini adalah: “PERANAN GURU MATEMATIKA TERHADAP PERKEMBANGAN PENDIDIKAN BERKARAKTER DI SMA NEGERI TOMPOBULU”.
2. Hasil atau akibat yang terjadi karena pengaruh variabel bebas. Variabelterikat dalam penulisan karya ilmiah ini adalah: “SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KECAMATAN TOMPOBULU, KABUPATEN MAROS”.

C.  Tenik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di lakukan dengan melalui penelusuran buku-buku dan literatur yang ada kaitannya dengan topi masalah yang akan di teliti. dan juga memakai teknik Angketatau disebut juga dengan kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui pemberian daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik ini merupakan salah satu teknik yang  berdasarkan pada laporan tentang diri sendiri atau selfreport, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Menurut jenis penyusunan itemnya,angket terbagi menjadi dua (Hadi, 2000), tetapi dalam penulisan ini penulis hanya menggunakan salah satunya yaitu; Angket tipe isian, atau angket yang berisikan item-item yang diajukan dalam bentuk pertanyaan atau permintaan komentar terhadap suatu kejadian atau keadaan.Jenis angket ini terbagi lagi menjadi: 1). Angket bentuk terbuka (open from questionnaire) dimana responden secara bebas memberikan jawabannya,
dan 2). Angket tertutup (closed from questionnaire) yang hanya memberikan ruang yang sangat terbatas bagi responden dalam memberikan jawabannya;
















BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.  Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

B.  Saran
Melalui program pendidikan Karakter ini diharapkan seorang pendidik atau Guru berkarakter, memiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dan tujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik sehingga lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Selanjutnya diharapkan agar semua pihak terkait memahami hakikat pendidikan dalam peningkatan akhlak mulia, serta pembangunan pendidikan karakter serta berkewirausahaan dengan pendekatan belajar aktif dalam bingkai KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan). Dengan demikian dalam jangka waktu tertentu di setiap satuan pendidikan akan terbentuk budaya sekolah (school culture) yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa Indonesia.









DAFTAR PUSTAKA

Anggoro Toha M. 2010. Metode penelitian.Universitas Terbuka. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Metode Penelitian suatu Paraktek. Yogyakarta : UGM Press
Doni Koesoema A. 2010 Pendidikan Karakter. Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Grasindo. cetakan ke-2.
Kemendiknas. 2010. Model pembinaan pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Kemendiknas : Jakarta.
Kemendiknas. 2010. Pendidikan karakter di sekolah menegah pertama. Jakarta. Kemendiknas : Jakarta.
Sumantri. E. 2010. Pendidikan karakter harapan handal bagi masa depan pendidikan bangsa. Pribumi Mekar. Bandung.
Sumantri Endang & sofyan sauri. 2006. Konsep dasar pendidikan nilai. Pribumi Mekar. Bandung.